Minggu, 26 Mei 2013

NASAL POLIP


BAB I
PENDAHULUAN

Polip hidung merupakan salah satu jenis penyakit telinga, hidung dan tenggorok (THT) yang sudah umum didengar di masyarakat. Sebagian orang sering menyebutnya sebagai tumbuh daging dalam hidung.Sebagian orang juga menamainya tumor hidung. Polip Hidung sebenarnya adalah suatu pertumbuhan dari selaput lendir hidung yang bersifat jinak.1
Polip hidung bukan penyakit yang murni berdiri sendiri. Pembentukannya sangat terkait erat dengan berbagai problem THT lainnya seperti rinitis alergi, asma, radang kronis pada mukosa hidung-sinus paranasal, kista fibrosis, intoleransi pada aspirin.1,2
Berdasarkan usia penderita, Polip Hidung lebih sering dijumpai pada usia di atas 20 tahun. Sangat jarang terjadi pada anak. Perbandingan antara pria dan wanita pada usia dewasa berkisar 2-4 : 1.3
Gejala yang sering ditemui pada penderita polip seperti mudah merasakan sakit kepala, hidung tersumbat yang menetap dan selalu terasa akan adanya lendir pada sinus hidung, sering mengeluarkan lendir dari hidung seperti gejala influenza, daya penciuman menurun, rongga sering hidung terasa gatal dan sering bersin, mata berair sebab alergi. Sedangkan pada pemeriksaan fisik, polip nasi yang massif dapat menyebabkan deformitas hidung luar sehingga hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat sebagai massa yang berwarna pucat yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan.2,3
Diagnosis polip hidung dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lainnya seperti nasoendoskopi atau pun radiologi. Tujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi ialah menghilangkan keluhan-keluhan, mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi polip dan bila diperlukan dapat dilakukan tindakan pembedahan. 2,3 Oleh karena itu, tema polip hidung atau polip nasal ini diangkat agar lebih mengerti mengenai diagnosis, penanganan, dan pencegahannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Definisi
Polip hidung adalah massa lunak yang mengandung banyak cairan didalam rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa. Polip dapat timbul pada penderita laki-laki maupun perempuan, dari usia anak-anak sampai usia lanjut. Bila ada polip pada anak dibawah usia 2 tahun, harus disingkirkan kemungkinan meningokel atau meningoensefalokel.3
Dulu diduga predisposisi timbulnya polip nasi adalah adanya rhinitis alergi atau penyakit atopi, tetapi makin banyak penelitian yang mengemukakan berbagai teori dan para ahli sampai saat ini menyatakan bahwa etiologi polip nasi masih belum diketahui dengan pasti.3

2.2  Patogenesis
Pembentukan polip sering diasosiasikan dengan inflamasi kronik, disfungsi saraf otonom serta predisposisi genetic.Menurut teori Barnstein, terjadi perubahan mukosa hidung akibat peradangan atau aliran udara yang berturbulensi, terutama didaerah sempit di kompleks ostiomeatal.Terjadi prolaps submukosa yang diikuti oleh reepitealisasi dan pembentukan kelenjar baru.Juga terjadi peningkatan penyerapan natrium oleh permukaan sel epitel yang berakibat retensi air sehingga terbentuk polip.3,4
Teori lain mengatakan karena ketidakseimbangan saraf vasomotor terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan regulasi vascular yang mengakibatkan dilepaskannya sitokin-sitokin dari sel mast, yang akan menyebabkan adanya edema dan lama-kelamaan menjadi polip.5

Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar menjadi polip dan kemudian akan turun ke rongga hidung dengan membentuk tangkai.5

1.     Makroskopis
Secara makroskopis polip merupakan massa bertangkai dengan permukaan licin, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan, agak bening, lobular, dapat tunggal atau multiple dan tidak sensitive (bila ditekan atau ditusuk tidak terasa sakit). Warna polip yang pucat tersebut disebabkan karena mengandung banyak cairan dan sedikitnya aliran darah ke polip. Bila terjadi iritasi kronis atau proses peradangan warna polip dapat berubah menjadi kemerah-merahan dan polip yang sudah menahun warnanya dapat menjadi kekuning-kuningan karena banyak mengandung jaringan ikat.5,6
Tempat asal tumbuhnya polip terutama dari kompleks osteomeatal di meatus medius dan sinus etmoid.Bila ada fasilitas pemeriksaan dengan endoskop, mungkin tempat asal tangkai polip dapat dilihat.5,6
Ada polip yang tumbuh kearah belakang dan membesar di nasofaring, disebut polip koana.Polip koana kebanyakan berasal dari dalam sinus maksila dan disebut juga polip antrokoana.Ada juga sebagian kecil polip koana yang berasal dari sinus etmoid.5,6

2.     Mikroskopis
Secara mikroskopis tampak epitel pada polip serupa dengan mukosa hidung normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan submukosa yang sembab.Sel-selnya terdiri dari limfosit, sel plasma, eosinofil, neutrofil dan makrofag.Mukosa mengandung sel-sel goblet, pembuluh darah, saraf dan kelenjar sangat sedikit.Polip yang sudah lama dapat mengalami metaplasia epitel karena sering terkena aliran udara, menjadi epitel transisional, kubik atau gepeng berlapis tanpa keratinisasi.6,7
Berdasarkan jenis sel peradangannya, polip dikelompokkan menjadi 2, yaitu polip tipe eosinofilik dan tipe neutrofilik.Polip Eosinofilik mempunyai latar belakang alergi dan Polip Neutrofilikbiasanya disebabkan infeksi atau gabungan keduanya.6,7

2.3  Diagnosis
1.     Anamnesis
Keluhan utama penderita polip nasi adalah hidung rasa tersumbat dari yang ringan sampai yang berat, rinore dari yang jernih sampai purulen, hipoosmia atau anosmia.Mungkin disertai bersin-bersin, rasa nyeri dihidung disertai sakit kepala didaerah frontal. Bila disertai infeksi sekunder mungkin didapati post nasal drip dan rinore purulen. Gejala sekunder yang dapat timbul adalah bernafas melalui mulut, suara sengau, halitosis, gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup.Dapat menyebabkan gejala pada saluran napas bawah, berupa batuk kronik dan mengi, terutama pada penderita polip nasi dengan asma.Selain itu harus ditanyakan riwayat rhinitis alergi, asma, intoleransi terhadap aspirin dan alergi obat lainya serta alergi makanan.8

2.     Pemeriksaan fisik
Polip nasi yang massif dapat menyebabkan deformitas hidung luar sehingga hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat sebagai massa yang berwarna pucat yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan.6,8
Pembagian stadium polip menurut Mackay dan Lund (1997)7
a.     Stadium 1: polip masih terbatas dimeatus medius
b.     Stadium 2: polip sudah keluar dari meatus medius, tampak dirongga hidung tapi belum memenuhi rongga hidung
c.     Stadium 3:  polip yang massif
3.     Naso-endoskopi
Adanya fasilitas endoskop akan sangat membantu diagnosis kasus polip yang baru. Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat pada pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi tampak dengan pemeriksaan nasoendoskopi.7,8
Pada kasus polip koanal juga sering dapat dilihat tangkai polip yang berasal dari ostium asesorius sinus maksila.8
4.     Pemeriksaan radiologi
Foto polos sinus paranasal (posisi waters, AP, aldwell dan lateral) dapat memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara cairan didalam sinus, tetapi kurang bermanfaat pada kasus polip. Pemeriksaan tomografi computer sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada proses radang, kelainan anatomi, polip atau sumbatan pada kompleks osteomeatal. CT terutama diindikasikan pada kasus polip yang gagal diterapi dengan medikamentosa, jika ada komplikasi dari sinusitis dan pada perencanaan tindakan bedah terutama bedah endoskopi.7

2.4  Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi ialah menghilangkan keluhan-keluhan, mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi polip.4
Pemberian kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi disebut juga polipektomi medikamentosa.Dapat diberikan topical atau sistemik.Polip tipe eosinofilik memberikan respon yang lebih baik terhadap pengobatan kortikosteroid intranasal disbanding polip tipe neutrofilik.4,5
Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip yang sangat massif dipertimbangkan untuk terapi bedah. Indikasi pembedahan apabila polip sudah menghalangi saluran napas, menghalangi saluran drainase/sinus, dan mengganggu aktivitas sehari-hari sehingga dapat dilakukan ekstraksi polip (polipektomi) menggunakan senar polip atau cunam dengan analgesi local, etmoidektomi intra nasal atau etmoidektomi ekstranasal untuk polip etmoid, operasi Caldwell Luc untuk sinus maksila. Yang terbaik adalah apabila tersedia fasilitas endoskopi maka dapat dilakukan fasilitas endoskopi maka dapat dilakukan tindakan BSEF.5,7

2.5  Pencegahan
Polip hidung merupakan penyakit yang bisa dicegah. Polip hidung bukan penyakit yang murni berdiri sendiri. Pembentukannya sangat terkait erat dengan berbagai problem THT lainnya seperti rinitis alergi, atau radang kronis pada mukosa hidung-sinus paranasal. Oleh karena itu, dapat dilakukan hal berikut untuk mengurangi resiko terjadinya polip hidung.2,3
2.5.1      Diharapkan untuk selalu melakukan kontrol ke dokter jika sudah terdiagnosis rhinitis alergi atau radang kronis pada mukosa hidung-sinus paranasal karena jika tidak teratasi dan berlangsung lama dapat menjadi salah satu faktor resiko terjadinya polip hidung.
2.5.2      Sebisa mungkin menghindari hal-hal yang dapat memberikan kontribusi untuk terjadinya peradangan atau iritasi sinus, seperti alergen, polusi udara, dan bahan kimia.
2.5.3      Selalu menjaga kebersihan diri secara menyeluruh. Ini adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi diri terhadap infeksi bakteri dan virus yang dapat menyebabkan peradangan pada hidung dan sinus.3
BAB III
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama                      :Ni Nyoman Sukadi
Umur                      :64 Tahun
JenisKelamin          :Perempuan
Agama                    :  Hindu
Suku                       :  Bali
Bangsa                    :  Indonesia
Pendidikan              :  SD
Pekerjaan                :Ibu Rumah Tangga
Alamat                    : Br. Bedahulu, Blahbatuh, Gianyar
TanggalPeriksa       : 15 Januari 2013

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Hidung tersumbat

Perjalanan Penyakit :
Penderita datang dengan keluhan hidung tersumbat yang sudah penderita alami sejak 6 bulan yang lalu.Penderita merasakan ada sesuatu yang menyumbat hidungnya sehingga terlihat seperti bengkak dan Ia kesulitan untuk bernafas dari hidung sehingga lebih sering bernafas melalui mulut. Penderita mengalami keluhan tersebut  sepanjang waktu. Hal ini bertambah parah sejak 3 bulan yang lalu dan sangat mengganggu aktivitasnya. Tidak ada faktor yang memperberat atau memperingan keluhan penderita.
Selain itu, penderita juga mengeluhkan indera penciumannya berkurang sejak ±6 bulan yang laludan memberat sejak 3 bulan yang lalu.Penderita juga merasa suaranya sengau sejak 4 bulan yang lalu.

Riwayat pengobatan : Penderita sempat ke dokter jika pileknya sangat parah dan mendapatkan obat, namun penderita lupa nama obat tersebut.

Riwayat penyakit sebelumnya : Penderita memiliki riwayat pilek yang sangat lama yaitu sejak 2 tahun yang lalu dan hilang timbul.

Riwayat Alergi :
Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan disangkal oleh penderita.

Riwayat Penyakit Keluarga            :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama.

Anamnesis Tambahan
Telinga

Kanan
Kiri
Sekret
Tuli
Tumor
Tinnitus
Nyeri
Corpus alienum
Vertigo
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

Hidung

 

Kanan
Kiri
Sekret
Tersumbat
Tumor
Pilek
Nyeri
Corpus alienum
+
+
+
+
-
-
+
+
+
+
-
-



Tenggorokan
Riak                             :  -
Gangguan                    :  -
Suara                           :Sengau
Tumor                                     :  -
Batuk                          :  -
Sakit                            :  -
Corpus alienum           :  -

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status lokalis THT :

Telinga
Status
Kanan
Kiri
Daun Telinga
Normal
Normal
Liang Telinga
Lapang
Lapang
Discharge
-
-
Membran Timpani
Normal
Normal
Tumor
-
-
Mastoid
Normal
Normal

Hidung
Status
Kanan
Kiri
Hidung Luar
Tampak mekar/membesar
Tampak mekar/membesar
Kavum Nasi
Polip massif (+)
Polip massif (+)
Septum
Deviasi (-)
Deviasi (-)
Discharge
(-)
(-)
Mukosa
Merah muda
Merah muda
Tumor
-
-
Konka
Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi
Sinus
Nyeri Tekan (-)
Nyeri Tekan (-)
Koana
Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi



Tenggorokan
Status
Kanan
Kiri
Tonsil
T1
T1
Mukosa
Merah muda


IV. DIAGNOSIS
Polip Nasal Dekstra/Sinistra

V. PENATALAKSANAAN
Pro Polip Ekstraksi dengan GA

VII. PROGNOSIS
Dubius ad bonam




BAB IV
PEMBAHASAN

Penderita Ni Nyoman Sukadi, perempuan, umur 64 tahun, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga datang ke poliklinik THT RSUD Sanjiwani, Gianyar dengan keluhan hidung tersumbat. Keluhan dirasakan sejak 6 bulan yang lalu, memberat sejak 3 bulan yang lalu dan bersifat menetap sehingga penderita lebih sering bernafas melalui mulutnya.Penderita merasa hidungnya terlihat seperti bengkak.Selain itu, penderita juga mengeluhkan indera penciumannya berkurang sejak ±6 bulan yang lalu dan memberat sejak 3 bulan yang lalu. Penderita juga merasa suaranya sengau sejak 4 bulan yang lalu. Penderita memiliki riwayat pilek yang sangat lama yaitu sejak 2 tahun yang lalu dan hilang timbul.
Berdasarkan kepustakaan, gejala klinis pada penderita tersebut mengarah kepada diagnosis polip hidung. Pada kepustakaan disebutkan keluhan utama penderita polip nasi adalah hidung rasa tersumbat dari yang ringan sampai yang berat, rinore dari yang jernih sampai purulen, hipoosmia atau anosmia. Dapat juga disertai bersin-bersin, rasa nyeri dihidung disertai sakit kepala didaerah frontal. Bila disertai infeksi sekunder mungkin didapati post nasal drip dan rinore purulen. Gejala sekunder yang dapat timbul adalah bernafas melalui mulut, suara sengau, halitosis, gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup. Dapat menyebabkan gejala pada saluran napas bawah, berupa batuk kronik dan mengi, terutama pada penderita polip nasi dengan asma. Selain itu harus ditanyakan riwayat rhinitis alergi, asma, intoleransi terhadap aspirin dan alergi obat lainya serta alergi makanan.8
Selain anamnesis, penegakkan diagnosis dapat dilakukan berdasarkan pemeriksaan fisik THT.Pada inspeksi hidung luar ditemukan hidung penderita tampak mekar. Pada rinoskopi anterior dekstra dan sinistra terlihat massa yang berwarna pucat pada meatus inferior dan mudah digerakan. Pemeriksaan konka dan koana sulit dievaluasi karena tertutup tampon setelah dilakukan operasi. Pemeriksaan fisik yang didapat pada penderita sesuai dengan diagnosis polip hidung dimana polip hidung yang masif dapat menyebabkan deformitas hidung luar sehingga hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat sebagai massa yang berwarna pucat yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan. 6,8
Selain itu, pemeriksaan penunjang juga dapat dilakukan jika diagnosis masih meragukan atau belum bisa ditegakkan. Namun, pada penderita tidak dikerjakan karena diagnosis sudah tegak dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Adanya fasilitas nasoendoskopi akan sangat membantu diagnosis kasus polip yang baru. Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat pada pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi tampak dengan pemeriksaan nasoendoskopi.Pada kasus polip koanal juga sering dapat dilihat tangkai polip yang berasal dari ostium asesorius sinus maksila.Foto polos sinus paranasal (posisi waters, AP, aldwell dan lateral) dapat memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara cairan didalam sinus, tetapi kurang bermanfaat pada kasus polip. Pemeriksaan tomografi computer sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada proses radang, kelainan anatomi, polip atau sumbatan pada kompleks osteomeatal.7,8
Prinsip terapi kasus polip nasi ialah menghilangkan keluhan-keluhan, mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi polip.Pemberian kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi disebut juga polipektomi medikamentosa.Dapat diberikan topical atau sistemik.Polip tipe eosinofilik memberikan respon yang lebih baik terhadap pengobatan kortikosteroid intranasal disbanding polip tipe neutrofilik.Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip yang sangat massif dipertimbangkan untuk terapi bedah. Indikasi pembedahan apabila polip sudah menghalangi saluran napas, menghalangi saluran drainase/sinus, dan mengganggu aktivitas sehari-hari sehingga dapat dilakukan ekstraksi polip (polipektomi) menggunakan senar polip atau cunam dengan analgesi local, etmoidektomi intra nasal atau etmoidektomi ekstranasal untuk polip etmoid, operasi Caldwell Luc untuk sinus maksila.4,5,7
Penatalaksanaan pada penderita adalah Polip Ekstraksi yang sudah disetujui oleh penderita dan keluarganya.Ini sudah sesuai dengan indikasi pembedahan yang terdapat di kepustakaan yakni penderita merasa sulit bernafas sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari penderita. 4,5,7

DAFTAR PUSTAKA

1.     Ananda E. 2005. Gambaran histopatologi polip hidung di RSUP H. Adam Malik Medan. Tesis. FK USU. Medan
2.     Archer SM. 2009. Nasi Polyps, Nonsurgical Treatment. eMedicine.com
3.     Assanasen P, Naclerio RM. 2001. Medical and surgical management of nasal polyps. Current Opinion in Otolaryngology & Head and Neck Surgery 9:27-36
4.     Bachert et al. 2003. An update on the diagnosis and treatment of sinusitis and nasal polyposis. Allergy 58:176-191
5.     Ballenger, JJ. 1994. Aplikasi klinis Anatomi dan Fisiologi Hidung dan Sinus Paranasi dalam Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Jilid 1, Edisi 13, Binarupa Aksara, Jakarta, 8-9.
6.     Bernstein JM. 2001. Diseases of the sinuses diagnosis and management. London: B.C Decker. Hlm 69-71.
7.     Erbek et al. 2007. The role of allergy in the severity of nasal polyposis. Am J Rhinol 21: 686-90
8.     Ferguson BJ, Orlandi RR. 2006. Chronic hypertrophic rhinosinusitis and nasal polyposis. Head & Neck Surgery Otolaryngology. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins. Hlm 393-398.