BAB I
PENDAHULUAN
Polip hidung merupakan
salah satu jenis penyakit telinga, hidung dan tenggorok (THT) yang sudah umum
didengar di masyarakat. Sebagian orang sering menyebutnya sebagai tumbuh daging
dalam hidung.Sebagian orang juga menamainya tumor hidung. Polip Hidung
sebenarnya adalah suatu pertumbuhan dari selaput lendir hidung yang bersifat
jinak.1
Polip hidung bukan
penyakit yang murni berdiri sendiri. Pembentukannya sangat
terkait erat dengan berbagai problem THT lainnya seperti rinitis alergi, asma,
radang kronis pada mukosa hidung-sinus paranasal, kista fibrosis, intoleransi
pada aspirin.1,2
Berdasarkan usia penderita,
Polip Hidung lebih sering dijumpai pada usia di atas 20 tahun. Sangat jarang
terjadi pada anak. Perbandingan antara pria dan wanita pada usia dewasa
berkisar 2-4 : 1.3
Gejala yang sering ditemui pada penderita
polip seperti mudah merasakan sakit kepala, hidung tersumbat yang menetap dan
selalu terasa akan adanya lendir pada sinus hidung, sering mengeluarkan lendir
dari hidung seperti gejala influenza, daya penciuman menurun, rongga sering
hidung terasa gatal dan sering bersin, mata berair sebab alergi. Sedangkan pada
pemeriksaan fisik, polip nasi yang massif dapat menyebabkan deformitas hidung
luar sehingga hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung. Pada
pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat sebagai massa yang berwarna pucat yang
berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan.2,3
Diagnosis polip hidung dapat ditegakkan
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lainnya seperti
nasoendoskopi atau pun radiologi. Tujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi
ialah menghilangkan keluhan-keluhan, mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi
polip dan bila diperlukan dapat dilakukan tindakan pembedahan. 2,3
Oleh karena itu, tema polip hidung atau polip nasal ini diangkat agar lebih
mengerti mengenai diagnosis, penanganan, dan pencegahannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Polip hidung adalah massa lunak yang
mengandung banyak cairan didalam rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan,
yang terjadi akibat inflamasi mukosa. Polip dapat timbul pada penderita
laki-laki maupun perempuan, dari usia anak-anak sampai usia lanjut. Bila ada
polip pada anak dibawah usia 2 tahun, harus disingkirkan kemungkinan meningokel
atau meningoensefalokel.3
Dulu diduga predisposisi timbulnya polip
nasi adalah adanya rhinitis alergi atau penyakit atopi, tetapi makin banyak
penelitian yang mengemukakan berbagai teori dan para ahli sampai saat ini
menyatakan bahwa etiologi polip nasi masih belum diketahui dengan pasti.3
2.2 Patogenesis
Pembentukan polip sering diasosiasikan
dengan inflamasi kronik, disfungsi saraf otonom serta predisposisi
genetic.Menurut teori Barnstein, terjadi perubahan mukosa hidung akibat peradangan
atau aliran udara yang berturbulensi, terutama didaerah sempit di kompleks
ostiomeatal.Terjadi prolaps submukosa yang diikuti oleh reepitealisasi dan
pembentukan kelenjar baru.Juga terjadi peningkatan penyerapan natrium oleh
permukaan sel epitel yang berakibat retensi air sehingga terbentuk polip.3,4
Teori
lain mengatakan karena ketidakseimbangan saraf vasomotor terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler dan gangguan regulasi vascular yang mengakibatkan
dilepaskannya sitokin-sitokin dari sel mast, yang akan menyebabkan adanya edema
dan lama-kelamaan menjadi polip.5
Bila proses terus berlanjut, mukosa yang
sembab makin membesar menjadi polip dan kemudian akan turun ke rongga hidung
dengan membentuk tangkai.5
1. Makroskopis
Secara makroskopis polip merupakan massa
bertangkai dengan permukaan licin, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih
keabu-abuan, agak bening, lobular, dapat tunggal atau multiple dan tidak
sensitive (bila ditekan atau ditusuk tidak terasa sakit). Warna polip yang
pucat tersebut disebabkan karena mengandung banyak cairan dan sedikitnya aliran
darah ke polip. Bila terjadi iritasi kronis atau proses peradangan warna polip
dapat berubah menjadi kemerah-merahan dan polip yang sudah menahun warnanya
dapat menjadi kekuning-kuningan karena banyak mengandung jaringan ikat.5,6
Tempat asal tumbuhnya polip terutama dari
kompleks osteomeatal di meatus medius dan sinus etmoid.Bila ada fasilitas
pemeriksaan dengan endoskop, mungkin tempat asal tangkai polip dapat dilihat.5,6
Ada polip yang tumbuh kearah belakang dan
membesar di nasofaring, disebut polip koana.Polip koana kebanyakan berasal dari
dalam sinus maksila dan disebut juga polip antrokoana.Ada juga sebagian kecil
polip koana yang berasal dari sinus etmoid.5,6
2. Mikroskopis
Secara mikroskopis tampak epitel pada polip
serupa dengan mukosa hidung normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan
submukosa yang sembab.Sel-selnya terdiri dari limfosit, sel plasma, eosinofil,
neutrofil dan makrofag.Mukosa mengandung sel-sel goblet, pembuluh darah, saraf
dan kelenjar sangat sedikit.Polip yang sudah lama dapat mengalami metaplasia
epitel karena sering terkena aliran udara, menjadi epitel transisional, kubik
atau gepeng berlapis tanpa keratinisasi.6,7
Berdasarkan jenis sel peradangannya, polip
dikelompokkan menjadi 2, yaitu polip tipe eosinofilik dan tipe neutrofilik.Polip
Eosinofilik mempunyai latar belakang alergi dan Polip Neutrofilikbiasanya
disebabkan infeksi atau gabungan keduanya.6,7
2.3 Diagnosis
1.
Anamnesis
Keluhan utama penderita polip nasi adalah
hidung rasa tersumbat dari yang ringan sampai yang berat, rinore dari yang
jernih sampai purulen, hipoosmia atau anosmia.Mungkin disertai bersin-bersin,
rasa nyeri dihidung disertai sakit kepala didaerah frontal. Bila disertai
infeksi sekunder mungkin didapati post nasal drip dan rinore purulen. Gejala
sekunder yang dapat timbul adalah bernafas melalui mulut, suara sengau,
halitosis, gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup.Dapat menyebabkan gejala
pada saluran napas bawah, berupa batuk kronik dan mengi, terutama pada
penderita polip nasi dengan asma.Selain itu harus ditanyakan riwayat rhinitis
alergi, asma, intoleransi terhadap aspirin dan alergi obat lainya serta alergi
makanan.8
2.
Pemeriksaan fisik
Polip nasi yang massif dapat menyebabkan
deformitas hidung luar sehingga hidung tampak mekar karena pelebaran batang
hidung. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat sebagai massa yang
berwarna pucat yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan.6,8
Pembagian stadium polip menurut Mackay dan
Lund (1997)7
a.
Stadium 1: polip masih terbatas dimeatus medius
b.
Stadium 2: polip sudah keluar dari meatus
medius, tampak dirongga hidung tapi belum memenuhi rongga hidung
c.
Stadium 3:
polip yang massif
3.
Naso-endoskopi
Adanya fasilitas endoskop akan sangat
membantu diagnosis kasus polip yang baru. Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang
tidak terlihat pada pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi tampak dengan
pemeriksaan nasoendoskopi.7,8
Pada kasus polip koanal juga sering dapat
dilihat tangkai polip yang berasal dari ostium asesorius sinus maksila.8
4.
Pemeriksaan radiologi
Foto polos sinus paranasal (posisi waters,
AP, aldwell dan lateral) dapat memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas
udara cairan didalam sinus, tetapi kurang bermanfaat pada kasus polip.
Pemeriksaan tomografi computer sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas
keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada proses radang, kelainan
anatomi, polip atau sumbatan pada kompleks osteomeatal. CT terutama
diindikasikan pada kasus polip yang gagal diterapi dengan medikamentosa, jika
ada komplikasi dari sinusitis dan pada perencanaan tindakan bedah terutama
bedah endoskopi.7
2.4 Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan pada kasus polip
nasi ialah menghilangkan keluhan-keluhan, mencegah komplikasi dan mencegah
rekurensi polip.4
Pemberian kortikosteroid untuk
menghilangkan polip nasi disebut juga polipektomi medikamentosa.Dapat diberikan
topical atau sistemik.Polip tipe eosinofilik memberikan respon yang lebih baik
terhadap pengobatan kortikosteroid intranasal disbanding polip tipe
neutrofilik.4,5
Kasus polip yang tidak membaik dengan
terapi medikamentosa atau polip yang sangat massif dipertimbangkan untuk terapi
bedah. Indikasi pembedahan apabila polip sudah menghalangi saluran napas,
menghalangi saluran drainase/sinus, dan mengganggu aktivitas sehari-hari
sehingga dapat dilakukan ekstraksi polip (polipektomi) menggunakan senar polip
atau cunam dengan analgesi local, etmoidektomi intra nasal atau etmoidektomi
ekstranasal untuk polip etmoid, operasi Caldwell Luc untuk sinus maksila. Yang
terbaik adalah apabila tersedia fasilitas endoskopi maka dapat dilakukan
fasilitas endoskopi maka dapat dilakukan tindakan BSEF.5,7
2.5 Pencegahan
Polip
hidung merupakan penyakit yang bisa dicegah. Polip hidung bukan penyakit yang murni berdiri
sendiri. Pembentukannya sangat terkait erat dengan berbagai problem
THT lainnya seperti rinitis alergi, atau radang kronis pada mukosa hidung-sinus
paranasal. Oleh karena itu, dapat dilakukan hal berikut untuk mengurangi resiko
terjadinya polip hidung.2,3
2.5.1 Diharapkan untuk selalu melakukan
kontrol ke dokter jika sudah terdiagnosis rhinitis alergi atau radang kronis pada mukosa
hidung-sinus paranasal karena
jika tidak teratasi dan berlangsung lama dapat menjadi salah satu faktor resiko
terjadinya polip hidung.
2.5.2 Sebisa mungkin menghindari hal-hal
yang dapat memberikan kontribusi untuk terjadinya peradangan atau iritasi
sinus, seperti alergen, polusi udara, dan bahan kimia.
2.5.3 Selalu menjaga kebersihan diri
secara menyeluruh. Ini adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi diri terhadap
infeksi bakteri dan virus yang dapat menyebabkan peradangan pada hidung dan
sinus.3
BAB III
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS
Nama :Ni Nyoman Sukadi
Umur :64 Tahun
JenisKelamin :Perempuan
Agama : Hindu
Suku : Bali
Bangsa : Indonesia
Pendidikan :
SD
Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga
Alamat : Br. Bedahulu, Blahbatuh,
Gianyar
TanggalPeriksa : 15 Januari 2013
II.
ANAMNESIS
Keluhan
Utama : Hidung tersumbat
Perjalanan Penyakit :
Penderita datang dengan keluhan hidung tersumbat yang sudah penderita
alami sejak 6 bulan yang lalu.Penderita merasakan ada sesuatu yang menyumbat
hidungnya sehingga terlihat seperti bengkak dan Ia kesulitan untuk bernafas
dari hidung sehingga lebih sering bernafas melalui mulut. Penderita mengalami
keluhan tersebut sepanjang waktu. Hal
ini bertambah parah sejak 3 bulan yang lalu dan sangat mengganggu aktivitasnya.
Tidak ada faktor yang memperberat atau memperingan keluhan penderita.
Selain itu, penderita juga mengeluhkan indera
penciumannya berkurang sejak ±6 bulan yang laludan memberat sejak 3 bulan yang lalu.Penderita
juga merasa suaranya sengau sejak 4 bulan yang lalu.
Riwayat pengobatan : Penderita sempat ke dokter jika pileknya sangat parah
dan mendapatkan obat, namun penderita lupa nama obat tersebut.
Riwayat penyakit sebelumnya : Penderita memiliki riwayat pilek yang sangat lama
yaitu sejak 2 tahun yang lalu dan hilang timbul.
Riwayat Alergi :
Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan disangkal
oleh penderita.
Riwayat
Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama.
Anamnesis
Tambahan
Telinga
|
Kanan
|
Kiri
|
Sekret
Tuli
Tumor
Tinnitus
Nyeri
Corpus alienum
Vertigo
|
-
-
-
-
-
-
-
|
-
-
-
-
-
-
-
|
Hidung
|
Kanan
|
Kiri
|
Sekret
Tersumbat
Tumor
Pilek
Nyeri
Corpus alienum
|
+
+
+
+
-
-
|
+
+
+
+
-
-
|
Tenggorokan
Riak : -
Gangguan : -
Suara :Sengau
Tumor : -
Batuk : -
Sakit : -
Corpus alienum :
-
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Status lokalis THT :
Telinga
|
||
Status
|
Kanan
|
Kiri
|
Daun Telinga
|
Normal
|
Normal
|
Liang Telinga
|
Lapang
|
Lapang
|
Discharge
|
-
|
-
|
Membran Timpani
|
Normal
|
Normal
|
Tumor
|
-
|
-
|
Mastoid
|
Normal
|
Normal
|
Hidung
|
||
Status
|
Kanan
|
Kiri
|
Hidung Luar
|
Tampak mekar/membesar
|
Tampak mekar/membesar
|
Kavum Nasi
|
Polip
massif (+)
|
Polip
massif (+)
|
Septum
|
Deviasi (-)
|
Deviasi (-)
|
Discharge
|
(-)
|
(-)
|
Mukosa
|
Merah
muda
|
Merah
muda
|
Tumor
|
-
|
-
|
Konka
|
Sulit
dievaluasi
|
Sulit
dievaluasi
|
Sinus
|
Nyeri Tekan (-)
|
Nyeri Tekan (-)
|
Koana
|
Sulit
dievaluasi
|
Sulit
dievaluasi
|
Tenggorokan
|
||
Status
|
Kanan
|
Kiri
|
Tonsil
|
T1
|
T1
|
Mukosa
|
Merah muda
|
IV.
DIAGNOSIS
Polip Nasal Dekstra/Sinistra
V.
PENATALAKSANAAN
Pro Polip Ekstraksi
dengan GA
VII.
PROGNOSIS
Dubius ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Penderita
Ni Nyoman Sukadi, perempuan, umur 64 tahun, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga
datang ke poliklinik THT RSUD Sanjiwani, Gianyar dengan keluhan hidung
tersumbat. Keluhan dirasakan sejak 6 bulan yang lalu, memberat sejak 3 bulan
yang lalu dan bersifat menetap sehingga penderita lebih sering bernafas melalui
mulutnya.Penderita merasa hidungnya terlihat seperti bengkak.Selain itu, penderita juga mengeluhkan indera
penciumannya berkurang sejak ±6 bulan yang lalu dan memberat sejak 3 bulan yang lalu. Penderita
juga merasa suaranya sengau sejak 4 bulan yang lalu. Penderita memiliki riwayat
pilek yang sangat lama yaitu sejak 2 tahun yang lalu dan hilang timbul.
Berdasarkan
kepustakaan, gejala klinis pada penderita tersebut mengarah kepada diagnosis
polip hidung. Pada kepustakaan disebutkan keluhan utama penderita polip
nasi adalah hidung rasa tersumbat dari yang ringan sampai yang berat, rinore
dari yang jernih sampai purulen, hipoosmia atau anosmia. Dapat juga disertai
bersin-bersin, rasa nyeri dihidung disertai sakit kepala didaerah frontal. Bila
disertai infeksi sekunder mungkin didapati post nasal drip dan rinore purulen.
Gejala sekunder yang dapat timbul adalah bernafas melalui mulut, suara sengau,
halitosis, gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup. Dapat menyebabkan
gejala pada saluran napas bawah, berupa batuk kronik dan mengi, terutama pada
penderita polip nasi dengan asma. Selain itu harus ditanyakan riwayat rhinitis
alergi, asma, intoleransi terhadap aspirin dan alergi obat lainya serta alergi
makanan.8
Selain anamnesis, penegakkan diagnosis
dapat dilakukan berdasarkan pemeriksaan fisik THT.Pada inspeksi hidung luar
ditemukan hidung penderita tampak mekar. Pada rinoskopi anterior dekstra dan
sinistra terlihat massa yang berwarna pucat pada meatus inferior dan mudah
digerakan. Pemeriksaan konka dan koana sulit dievaluasi karena tertutup tampon
setelah dilakukan operasi. Pemeriksaan fisik yang didapat pada penderita sesuai
dengan diagnosis polip hidung dimana polip hidung yang masif dapat menyebabkan
deformitas hidung luar sehingga hidung tampak mekar karena pelebaran batang
hidung. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat sebagai massa yang
berwarna pucat yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan. 6,8
Selain
itu, pemeriksaan penunjang juga dapat dilakukan jika diagnosis masih meragukan
atau belum bisa ditegakkan. Namun, pada penderita tidak dikerjakan karena
diagnosis sudah tegak dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Adanya
fasilitas nasoendoskopi akan sangat membantu diagnosis kasus polip yang baru. Polip
stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat pada pemeriksaan rinoskopi
anterior tetapi tampak dengan pemeriksaan nasoendoskopi.Pada kasus polip koanal
juga sering dapat dilihat tangkai polip yang berasal dari ostium asesorius
sinus maksila.Foto polos sinus paranasal (posisi waters, AP, aldwell dan
lateral) dapat memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara cairan
didalam sinus, tetapi kurang bermanfaat pada kasus polip. Pemeriksaan tomografi
computer sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan
sinus paranasal apakah ada proses radang, kelainan anatomi, polip atau sumbatan
pada kompleks osteomeatal.7,8
Prinsip
terapi kasus
polip nasi ialah menghilangkan keluhan-keluhan, mencegah komplikasi dan
mencegah rekurensi polip.Pemberian kortikosteroid untuk menghilangkan polip
nasi disebut juga polipektomi medikamentosa.Dapat diberikan topical atau
sistemik.Polip tipe eosinofilik memberikan respon yang lebih baik terhadap
pengobatan kortikosteroid intranasal disbanding polip tipe neutrofilik.Kasus
polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip yang sangat
massif dipertimbangkan untuk terapi bedah. Indikasi pembedahan apabila polip
sudah menghalangi saluran napas, menghalangi saluran drainase/sinus, dan
mengganggu aktivitas sehari-hari sehingga dapat dilakukan ekstraksi polip
(polipektomi) menggunakan senar polip atau cunam dengan analgesi local,
etmoidektomi intra nasal atau etmoidektomi ekstranasal untuk polip etmoid,
operasi Caldwell Luc untuk sinus maksila.4,5,7
Penatalaksanaan pada penderita adalah Polip
Ekstraksi yang sudah disetujui oleh penderita dan keluarganya.Ini sudah sesuai
dengan indikasi pembedahan yang terdapat di kepustakaan yakni penderita merasa
sulit bernafas sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari penderita. 4,5,7
1. Ananda
E. 2005. Gambaran histopatologi polip hidung di RSUP H. Adam Malik Medan.
Tesis. FK USU. Medan
2. Archer
SM. 2009. Nasi Polyps, Nonsurgical Treatment. eMedicine.com
3. Assanasen
P, Naclerio RM. 2001. Medical and surgical management of nasal polyps. Current
Opinion in Otolaryngology & Head and Neck Surgery 9:27-36
4. Bachert
et al. 2003. An update on the diagnosis and treatment of sinusitis and nasal
polyposis. Allergy 58:176-191
5. Ballenger,
JJ. 1994. Aplikasi klinis Anatomi dan Fisiologi Hidung dan Sinus Paranasi dalam
Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Jilid 1, Edisi 13, Binarupa
Aksara, Jakarta, 8-9.
6. Bernstein
JM. 2001. Diseases of the sinuses diagnosis and management. London: B.C Decker.
Hlm 69-71.
7. Erbek
et al. 2007. The role of allergy in the severity of nasal polyposis. Am J
Rhinol 21: 686-90
8.
Ferguson BJ, Orlandi RR. 2006. Chronic hypertrophic
rhinosinusitis and nasal polyposis. Head & Neck Surgery Otolaryngology.
Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins. Hlm 393-398.